HajiPuasaRamadhanUmroh

3 Perbedaan Tarawih di Indonesia dan Arab Saudi

gambaran kondisi tarawih di saudi

Tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah yang dilakukan selama bulan Ramadhan, dimana umat Islam melakukan shalat berjamaah setelah shalat Isya. Meskipun tarawih memiliki prinsip dasar yang sama di seluruh dunia, namun terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya di beberapa negara. Salah satunya adalah antara di Indonesia dan Arab Saudi. Berikut merupakan tiga perbedaan utama dalam pelaksanaan tarawih di Indonesia dengan Arab Saudi.

1. Jumlah Rakaat dan Penyelenggaraa

Salah satu perbedaan utama dalam pelaksanaan tarawih adalah jumlah rakaat dan penyelenggaraannya. Di Indonesia, umumnya tarawih dilakukan dengan total rakaat yang bervariasi. Biasanya antara 8 hingga 20 rakaat, tergantung pada kebijakan masing-masing masjid atau mushola. Selain itu, tarawih sering kali dipimpin oleh seorang imam tunggal, dengan jamaah yang mengikuti di belakangnya.

Di Arab Saudi sendiri, tarawih umumnya dilakukan dengan jumlah rakaat yang tetap, yaitu 20 rakaat, sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW. Namun, ada juga beberapa masjid yang melaksanakan tarawih dengan 8 atau 10 rakaat. Menariknya, di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, tarawih dipimpin oleh beberapa imam secara bergantian di beberapa rakaat. Hal ini menjadikan jamaah dapat memilih untuk bergabung di rakaat tertentu yang mereka inginkan.

Baca Juga : 5 Ide Menu Buka Puasa Khas Saudi yang Bisa Kamu Coba!

2. Bacaan Al-Qur’an dan Tata Cara Shalat

Perbedaan lainnya terletak pada bacaan Al-Qur’an dan tata cara shalat yang digunakan dalam tarawih. Di Arab Saudi, umumnya imam mengutamakan bacaan yang panjang dan merdu dari Al-Qur’an. Para imam seringkali melantunkan setiap bacaan dengan pelan dan penuh makna. Selain itu, tata cara shalat tarawih biasanya dilakukan dengan gerakan yang santai lagi khusyuk. Jeda diantara tiap rakaat juga yang cukup sehingga jemaah dibuat senyaman mungkin ketika beribadah.

Sementara itu, di Indonesia, bacaan Al-Qur’an dalam tarawih cenderung lebih cepat dan ringkas. Para imam biasanya lebih fokus pada penyelesaian 20 rakaat dalam waktu yang relatif singkat. Tata cara shalat juga dapat terasa lebih cepat dan energik. Gerakannya biasanya agak lebih cepat dan jeda yang lebih pendek antara setiap rakaat.

3. Tradisi dan Budaya Lokal

Perbedaan terakhir adalah dalam hal tradisi dan budaya lokal yang mempengaruhi pelaksanaan tarawih di masing-masing negara. Di Indonesia, tarawih seringkali diwarnai dengan tradisi lokal, seperti pembacaan dzikir dan doa bersama setelah tarawih, serta adanya penjual makanan dan minuman berbuka puasa di sekitar masjid atau mushola.

Di Arab Saudi, tarawih umumnya dilaksanakan dengan lebih sederhana, fokus utama mereka hanya kepada ibadah shalat itu sendiri. Meskipun demikian, terdapat juga tradisi lokal di beberapa daerah di Arab Saudi yang memperkaya pengalaman tarawih, seperti penggunaan minyak wangi, hingga tradisi meriam ramadhan yang masih sering dilakukan.

Dengan demikian, meskipun tarawih memiliki prinsip dasar yang sama di seluruh dunia, namun terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya antara di Indonesia dengan di Arab Saudi. Beberapa perbedaan tersebut terletak baik dari segi jumlah rakaat, bacaan Al-Qur’an, tata cara shalat, maupun tradisi dan budaya lokal yang mempengaruhinya. Perbedaan-perbedaan tersebut harusnya tidak terlalu menjadi persoalan. Karena yang terpenting, semangat beribadah dalam menjalankan tarawih tetap menjadi inti dari ibadah yang hanya ada di bulan Ramadhan ini, dimanapun Sahabat berada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *