6 Amalan Ringan, Berpahala Haji dan Umroh
Terdapat beberapa amalan ringan yang memiliki pahala setara dengan pahala haji atau umroh. Berikut penjelasannya:
1. Shalat 5 waktu dengan berjamaah
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi SAW bersabda, مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ “Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji. Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya kecuali karena itu, maka pahalanya orang yang berumroh. Dan (melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia antara keduanya, maka pahalanya ditulis dim ‘illiyyin (kitab catatan amal orang-orang shalih).” (HR. Abu Daud, no. 558; Ahmad no.5 : 268)
Dalam hadits ini, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa pergi ke masjid untuk shalat berjamaah memiliki pahala haji. Konsistensi dalam shalat wajib dan sunnah menghasilkan pahala umroh sesuai hadis tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya melaksanakan shalat sunnah secara rutin untuk mendapatkan pahala tambahan seperti dalam ibadah haji dan umroh.
2. Melakukan Shalat Isyraq
Hadits dari Abu Umamah radhiyallahu’anhu, Rasulullah saw bersabda, مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ “Barangsiapa yang mengerjakan shalat subuh dengan berjamaah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat Sunnah dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thbrani)
Riwayat hadist Abu Umamah radhiyallahu\\\’anhu, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa mereka yang melaksanakan shalat subuh secara berjamaah di masjid dan tinggal di masjid untuk mengerjakan shalat sunnah Duha (Isyraq) akan mendapatkan pahala setara dengan orang yang telah menjalani haji atau umroh secara sempurna. Ini menegaskan besarnya pahala bagi mereka yang melaksanakan rangkaian ibadah ini dengan tulus dan konsisten.
Shalat Isyraq atau Duha adalah shalat sunnah setelah matahari naik cukup tinggi pada waktu duha, sebelum zhuhur. Pada dasarnya Shalat Duha dapat mendatangkan pahala besar, memulai hari dengan berkah, dan memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah tambahan. Hadits ini mendorong umat Islam menjaga konsistensi dalam ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan pahala besar seperti haji atau umroh.
3. Menghadiri Majelis Ilmu di Masjid
Menghadiri majelis ilmu di masjid berarti memasuki lingkungan di mana pelajaran agama diajarkan oleh ulama atau guru agama kepada para jamaah yang hadir. Dengan kata lain, majelis ilmu ini bisa berupa kajian, ceramah, pengajian, diskusi, atau berbagai bentuk kegiatan yang membahas dan memperdalam pengetahuan agama.
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, Nabi saw bersabda, مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ “Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8:94)
Hadits ini mengajarkan besarnya pahala bagi mereka yang pergi ke masjid dengan tujuan belajar atau mengajarkan ilmu agama. Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa niat murni untuk belajar atau mengajarkan ilmu agama akan membawa pahala setara dengan haji. Artinya, Allah sangat menghargai usaha dalam menuntut dan menyebarkan ilmu agama.
Dalam hadits itu, Nabi Muhammad SAW membandingkan pahala menghadiri majelis ilmu di masjid sama halnya dengan pahala haji. Haji adalah rukun Islam dengan pahala besar. Selain itu, Nabi ingin menyampaikan bahwa hadir di majelis ilmu juga mendapat pahala luar biasa sebanding haji.
4. Membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir Setelah Shalat
Kita sebaiknya membaca membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir setelah solat sebagai amalan tambahan.
.” جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ، وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ، إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi saw. Mereka berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji, berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi saw bersabda, “Maukah kalian aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah kalian. Dan tidak ada seorangpun yang lebih utama daripada kalian, kecuali orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian bertasbih, bertahmid, di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.”
Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa pahala besar bisa didapat melalui amalan sederhana seperti membaca tasbih, tahmid, dan takbir setelah shalat. Hal ini juga mengajarkan kesabaran, konsistensi, dan niat tulus dalam ibadah, memungkinkan setiap orang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
5. Umroh di Bulan Ramdhan
Dalam lafazh Bukhari menyatakan bahwa, “Sesungguhnya umroh di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863) فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud adalah umroh Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umroh Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang mempunyai kewajiban haji, lalu ia berumroh di bulan Ramadhan, maka umroh tersebut tidak bisa menggantikan haji tersebut.” (syarh shahih Muslim, 9:2)
Sebagaimana Nabi Muhammad SAW, sebaiknya kita beribadah umroh karena pahala besar sebanding haji. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa umroh tidak dapat menggantikan kewajiban haji.
6. Berbakti kepada orang tua (birul walidain)
Dari anas bin Malik radhiyallu ‘anhu, ia berkata, “ada seseorang yang mendatangi Rasulullah saw dan ia sangat ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah saw bertanya padanya apakah salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia menjawab, ibunya masih hidup. Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada allah dengan berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya adalah seperti berhaji, berumroh dan berjihad.” (HR. Ath-thabrani) إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا أَقْدِرُ عَلَيْهِ ، قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ : أُمِّي ، قَالَ : فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ ، وَمُعْتَمِرٌ ، وَمُجَاهِدٌ ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا
Berbakti kepada orang tua adalah tindakan mulia dalam Islam juga dapat mendatangkan banyak pahala dan berkah. Disamping itu, amalan ini tidak hanya meraih keridhaan orang tua di dunia, tetapi juga mendatangkan keridhaan Allah di akhirat.